Tuesday, January 1, 2013

Night Shoot (Slow Speed Photography)

Pada postingan kedua hari ini, saya akan posting mengenai Night Shoot Photography, yaitu tentang Slow Speed Photography. Slow speed photography adalah memotret dengan speed yang rendah, dengan speed yang rendah, maka akan menghasilkan sebuah motion blur suatu benda. Misalnya kalau kita memotret kilatan lampu mobil, maka lampu mobil tersebut akan berubah menjadi seberkas garis lurus yang berwarna sesuai dengan lampu dari mobil yang kita potret. Alat utama yang perlu disiapkan untuk Slow Speed Photography ini adalah kamera (sudah pasti), lensa (jelas), dan juga tripod. Berikut ini beberapa hasil dari slow speed photography yang pernah saya coba.

Foto yang pertama, saya ambil disalah satu pinggiran Jl. Slamet Riyadi, disebuah halte bus. POI yang saya tampilkan difoto tersebut adalah kilatan lampu mobil, lampu jalan, dan juga kedua kaki salah satu bapak tukang becak yang kebetulan ada di halte pada waktu itu, dengan menggunakan foreground lantai halte dan juga jalan raya. Data speed 6s, f8, ISO100 pada focal length paling lebar dari lensa kit saya, yaitu 18mm. Speed yang saya gunakan sangat rendah, yaitu 6 detik. Dengan speed sebesar 6 detik, hal utama yang harus dihindari adalah shake pada kamera, jadi tidak memungkinkan untuk saya memotret dengan menahan kamera menggunakan tangan seperti biasanya. Oleh karena itu saya menggunakan tas kamera saya (karena peralatan masih minimalis :D). Untuk mengurangi shake pada kamera saat tombol shutter ditekan, maka saya menggunakan timer 2 detik. Timer cukup membantu kalau kita tidak mempunyai kabel shutter release untuk menekan tombol rana pada kamera. Untuk flare lampu jalan, saya memang sengaja membuatnya, untuk menambah keartistikan foto tersebut. Flare seperti itu bisa dibuat dengan perpaduan antara ISO dan juga nilai f. ISO 100 dan juga rentang nilai f besar (8 keatas) membantu untuk menciptakan flare pada lampu (CMIIW), silakan bereksperimen dengan kamera dan lensa masing-masing :D.

Foto kedua, masih dihari yang sama tapi berbeda spot. Kali ini saya memotret di pasar Ngarsopuro, dekat keraton Mangkunegaran. Masih tas-pod, saya mencoba mengambil POI yang sedikit berlawanan, yaitu mobil dan becak, kemudian ditengahnya saya beri ornamen slow speed dari motor yang kebetulan lewat. Data speed 2s, f3.5, ISO100, focal length 20mm, masih menggunakan lensa kit. Speed lebih cepat daripada foto yang pertama, nilai f juga lebih kecil, dan flare yang terbentuk tidak sebaik pada foto yang pertama karena bukaan f terlalu lebar. Dari kedua foto tersebut bisa kita bandingkan, dengan menggunakan setingan ISO dan f yang berbeda, maka flare yang dihasilkanpun juga berbeda.
Sekian postingan tentang Slow Speed Photography kali ini, semoga bisa dinikmati..

Still A Life

Selamat malam,
kali ini saya akan membahas tentang salah satu jenis photography, yaitu Still A Life. Still a life merupakan salah satu dari beberapa jenis bidang photography, yang POI utamanya adalah memotret benda mati, yang diatur sedemikian rupa, benda mati disini bisa lilin, gelas, tetesan air, ataupun tokoh-tokoh super hero semisal gundam.
Dalam pemotretan Still A Life, hal yang ditonjolkan yang pertama adalah angle pemotretan, dan juga cahaya. Cahaya disini bisa berasal dari cahaya matahari (available light), ataupun cahaya lampu, baik flash eksternal, lampu studio, maupun lampu neon biasa. Berikut saya sertakan beberapa foto still a life yang pernah saya coba, mungkin masih banyak kekurangan, karena saya juga masih belajar :D.


Pada foto diatas, saya menggunakan background gelap, karena pada waktu pemotretan sedang mati lampu, hehehe. POI utamanya adalah sebuah lilin, dimana saya cuma mengambil sekitar 1/4 bagian paling atas dari lilin tersebut. Data speed 1/100, ISO 3200, f5, dengan focal length 209mm. Disini saya menggunakan lensa tele 70-300mm untuk memotret lilin tersebut. Dengan speed yang 1/100, merupakan speed yang lumayan rendah untuk lensa tele, karena semakin panjang focal length suatu lensa, maka dibutuhkan speed yang tinggi untuk meminimalisir shake pada tangan, apalagi lensa yang saya pakai tidak menggunakan fitur Image Stabilizer (IS), kalau untuk Nikon fiturnya adalah Vibration Reduction (VR), kalau tidak salah :D. ISO yang saya gunakan lumayan tinggi, yaitu 3200, dimana ISO 3200 itu 1 stop/1 tingkat dibawah ISO tertinggi yang ada pada kamera saya. Seperti yang kita ketahui bersama, makin tinggi ISO, noise gambar yang dihasilkan oleh suatu kamera juga akan makin banyak. ISO yang katanya paling aman adalah 1 stop dibawah ISO tertinggi. oleh karena itu saya memakai ISO 3200.

Foto yang kedua adalah foto danbo. Yah walaupun danbonya masih polosan, tapi itu hasil jerih payah membuat sendiri dengan bantuan salah satu teman :D. Foto tersebut saya ambil saat sore hari, sekitar pukul 4 sore, dengan cahaya dari available light matahari dari jendela lantai 2, dimana cahaya matahari sedang jinak-jinaknya terhadap kamera saya waktu itu, hehe. POI utama adalah danbo, kemudian saya refleksikan didepan cermin yang kebetulan ada didekat saya waktu itu. Saya mencoba mengambil danbo dengan refleksinya pada lantai, untuk membentuk foreground, jadi saya ambil utuh seluruh refleksi dari badan si danbo plus beberapa centimeter dari bingkai cermin. Data speed 1/200, ISO 800, f7.1, pada focal length 104mm.
Pada foto tersebut saya masih menggunakan lensa 70-300mm. Kenapa ISO saya tinggi? Karena saya menggunakan nilai f yang tidak terlalu kecil, yaitu 7.1. Kalau saya menggunakan nilai f yang paling kecil, pada lensa saya akan terjadi CA (Cromatic Aberation) -semoga tulisannya benar :D-. CA adalah bayangan warna, entah itu ungu, biru, ataupun abu-abu atau bisa juga warna lain, yang muncul pada lensa-lensa pemula (murah), bayangan warna itu seolah-olah membungkus POI. Pernah menonton film kartun Dragon Ball? CA itu saya misalkan pada waktu Goku mengeluarkan kekuatannya, ada cahaya yang seakan membungkusnya, seperti itulah CA, tapi lebih tipis dan tidak terlalu keliatan kalau gambar tidak benar-benar di zoom secara maksimal. Untuk meminimalisir CA tersebut, saya menggunakan bukaan f yang lebih sempit, atau dengan angka besar, yaitu 7.1. CA sendiri terjadi saat lensa dihadapkan dengan cahaya matahari yang lumayan kuat (CMIIW).
Demikian postingan saya tentang Still A Life photography, lain waktu akan saya posting hasil foto still a life yang lain, selamat menikmati...